My First and Last Love
Selama 15 tahun hidupku ini, aku hanya pernah sekali jatuh cinta, sekali mencintai, sekali punya pacar, hanya satu kali, benar-benar hanya satu kali dan itu pun pada satu orang yang sama. Sedihnya, cinta pertamaku -cinta monyetku itu juga yang pertama kali menoreh luka di hatiku.
“Sudah dengar kabar tentang mantanmu?”
“Kabar apa?”
“Dia punya gebetan baru sekarang”
“Cepat sekali”
“Cowok memang seperti itu”
Angel hanya bisa tersenyum tipis. Ya, memang begitulah kenyataannya, semua lelaki itu sama saja. Mereka cepat sekali berpaling dengan hal-hal baru yang dirasa lebih indah. Berbeda dengan kebanyakan wanita. Ketika seorang wanita mencintai kekasihnya, dia akan benar-benar menjaga cinta itu dengan sepenuh hati.
Sejujurnya, jauh di balik lubuk hatinya, Angel masih sangat mencintai Kazu yang sekarang jadi mantannya itu. Kazu sang cinta pertama, Kazu sang pacar pertama, Kazu yang teramat sangat berharga bagi Angel. Tapi sekarang semuanya kandas. Hilang seperti terseret tsunami. Hilang oleh mentari yang diamakan kegelapan.
“Sudahlah, jangan pikirkan dia lagi” tegur Sinta sahabatnya.
Angel terkesiap, ia baru sadar dirinya melamun beberapa lama. Segores senyum terpaksa Angel tampakkan, meski ia sama sekali tidak ingin tersenyum saat ini.
“Aku tidak memikirkannya” kata Angel bohong.
“Oh. Bagus kalau begitu. Dia terlalu buruk untuk kau pikirkan Angel” dengus Sinta.
“Mungkin kau benar, aku sudah melupakannya kok. Tenang saja” lagi-lagi Angel membohongi Sinta, juga membohongi perasaannya sendiri.
“Oke. Ayo ke kafe, aku ingin minum white coffee” tanpa permisi, Sinta sudah menarik tangan Angel berjalan bersamanya. Mereka bergandengan menuju kafe di depan kampus. Kafe yang biasanya ramai dengan mahasiswa itu, sedikit terlihat sepi.
“White coffee satu” Sinta memesan minuman. “Kau minum apa Njel?”
“Sama denganmu saja”
“Kalau gitu White coffeenya dua”
Mereka berdua memilih tempat duduk di dekat jendela yang mengarah ke taman. Dari sana mereka akan melihat pemandangan indah yang disajikan oleh taman bunga tersebut. Kota Malang memang terkenal dengan cuaca yang dingin dan nyaman serta alamnya yang indah. Sinta bukan orang Malang, dia penduduk Jember yang kebetulan kuliah di kota apel dan berteman baik dengan Angel yang memang orang asli Malang. Jember, itu juga adalah kota kelahiran Kazu.
Beberapa saat kemudian pesanan mereka datang. Sinta tampak sangat menikmati kopinya, sementara Angel meminum tanpa gairah sama sekali. Belakangan ini pikirannya sering melayang ke masa lalu dan mengingatkannya kepada Kazu. Angel benar-benar tidak tahu bagaimana cara menghilangkan rasa cintanya itu. Padahal sudah jelas-jelas Kazu mengkhianatinya beberapa bulan lalu. Saat kabar tentang hubungan Kazu dengan teman sejurusannya sampai di telinga Angel, mereka berdua langsung saling diam dan berakhir pada keputusan Angel untuk menstop semua hubungan mereka. Perselingkuhan memang selalu berakhir tidak baik.
“Angel, ayo kita pergi dari sini” kata Sinta tiba-tiba. Ekspresinya agak aneh.
“Kenapa buru-buru?” Angel melirik gelas kopi Sinta. “Bahkan kopimu belum habis”
“Sudahlah. Ayo kita pergi, badanku tidak enak” Sinta menarik tangan Angel. Agak kasar. Angel sama sekali tidak mengerti apa yang di pikirkan sahabatnya itu. Tidak biasanya dia bersikap kasar seperti itu.
“Tunggu!” Angel menghentikan langkah dan menarik tangannya dari genggaman Sinta. Mereka baru keluar beberapa langkah dari pintu kafe.
“Ada apa?” tanya Sinta heran. Dahinya mengernyit tak sabar.
“Tasku tertinggal di dalam”
“Biar kuambilkan”
“Tidak usah!” Angel menghentikan Sinta yang sudah berbalik hendak menuju kafe. “Aku saja, kau sedang tidak enak badan, kan”
Tanpa pikir panjang, Angel melangkah cepat memasuki kafe. Dia sempat mendengar Sinta berteriak melarangnya dengan panik. Tapi Angel tidak perduli, dia jadi semakin penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya.
Setelah mendapat kembali tasnya, Angel berjalan keluar. Tapi matanya tergelitik untuk melihat ke sekeliling area kafe itu. Di pojok ruangan, di meja nomor 7, Angel melihat seseorang yang begitu dikenalinya. Lelaki tampan berkulit coklat sawo dengan rambut cepak yang rapi, duduk bersama seorang wanita yang asing di mata Angel. Mereka tampak mesra sekali, mereka berbicara tentang sesuatu kemudian tertawa bersama.
“Kazu…” angel berseloroh pelan. Sangat pelan bahkan ia sendiri tak yakin telah menyebut nama itu.
Namun orang bernama Kazu itu menoleh, seolah ia mendengar namanya dipanggil. Mata mereka bertemu, beradu pandang. Angel tahu sudah tidak ada cinta dari tatapan itu. Angel benar-benar melihat Kazu yang lain, bukan Kazu yang mencintai dan dicintainya. Tatapan Kazu begitu dingin. Seperti melihat seorang penjahat. Tatapan itu menusuk hati Angel sangat dalam dan menyakitkan. Dan perempuan itu. Siapa dia? Apa dia yang membuat Kazu berpaling? Tentu saja dia, perempuan yang cantik.
“Sudah kubilang biar aku saja yang mengambilkan tasmu” Sinta tiba-tiba muncul.
Angel tidak menggubrisnya, matanya masih terpaku pada Kazu. Tapi Kazu, begitu melihat Sinta datang, dia langsung memalingkan muka dan kembali berbincang bersama perempuan itu. Kazu bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
“Ayo pergi” Sinta menggandeng Angel. Kali ini lebih lembut dan hati-hati. Angel menurut saja saat Sinta mengajaknya segera keluar dari kafe.
Apa ini kenyataan yang harus terjadi. Harapan Angel tentang Kazu sirna sudah. Benar-benar hilang. Seharusnya ia tahu dari dulu bahwa Kazu sudah melupakannya. Tapi kenapa melupakan Kazu terasa begitu sulit? Sementara Kazu bahkan sudah mendapat pengganti yang mungkin lebih baik. Memalukan sekali. Angel merasa dirinya begitu lemah dan tak berdaya.
Beberapa hari setelah keajadian itu, Angel jatuh sakit. Hatinya yang begitu sakit menulari fisiknya. Sinta terus setia berada di dekat Angel, sebagai sahabat dan penyemangatnya.
Beberapa hari berselang. Tepat hari ketiga dari jatuh sakitnya Angel, dia kedatangan tamu yang sama sekali tidak terpikirkan. Gadis yang waktu itu berkencan dengan Kazu datang menjenguk. Awalnya Sinta tidak mengizinkannya bertemu Angel, tapi gadis itu bersikeras.
“Kak Angel, maafkan aku. Aku tidak tahu tentang hubungan kalian”
Angel hanya diam mematung, tidak tahu juga harus berkata apa.
“Cepat katakan apa maumu kemari” Sinta berkata ketus.
Gadis itu menelan ludahnya sendiri, kentara sekali dia gugup. “Namaku Reisma. Aku bukan pacarnya Kak Kazu. Kami memang dekat, tapi tidak ada hubungan apa-apa”
“Tapi kau menyukai Kazu kan?” tebak Sinta, masih dengan suara yang sangat ketus.
“Ya, Kak Kazu, dia baik dan tampan” jawab Reisma. Wajahnya tersipu.
Angel merasa lambungnya membesar hingga mendesak hatinya. Ada desiran panas mengaliri darah Angel. Perasaannya bertambah kacau.
“Jangan berbasa-basi” dengus Sinta yang segera menyadari perubahan ekspresi sahabatnya. “Cepat katakan saja intinya kenapa kau datang kemari”
Reisma menarik nafas panjang. Celana ketat dan blazer yang dipakainya terlihat sangat tidak pas dipakai pada suasana seperti ini.
“Sebenarnya Kak Kazu sakit, sehari setelah kami kencan di kafe dekat kampus”
Angel terbelalak. Kazu sakit? Dia sakit setelah hari itu. Kenapa? Kenapa harus sakit?
“Saat aku menjenguknya, dia sedang tertidur dan mengigau, menyebut nama Angel. Kalau kalian mendengar rintihan itu, Kak Kazu, dia seperti sangat tersiksa. Menyedihkan sekali” mata Reisma berkaca-kaca menceritakan keadaan Kazu. Bahkan sampai hari ini dia belum baikan dan masih sangat sering mengigau memanggil Angel.
“Aku harus menemuinya” kata Angel sembari berusaha bangun dari tempat tidur.
“Kau yakin?” Sinta membantu Angel merapkan diri. Meski Sinta sendiri tidak yakin dengan ini semua. Dia takut Reisma berbohong dan melukai Angel lebih dalam lagi.
“Ya” Angel mengangguk yakin.
Mereka berangkat menuju rumah Kazu yang berjarak sekitar 3 km dengan mobil Reisma. Sepanjang jalan Angel lebih banyak diam dan melamun. Dia tidak punya banyak tenaga untuk bertanya macam-macam kepada Reisma. Padahal ada banyak sekali hal yang ingi Angel ketahui.
Sekitar pukul 4 sore, mereka sampai di rumah Kazu. Rumah itu terlihat sangat sepi. Agak kotor oleh daun-daun rambutan yang berguguran di halaman depan. Angel heran sekali, dia tahu orangtua Kazu sangat menjaga kebersihan. Tapi kenapa sekarang…
“Orangtua Kak Kazu pergi membuka perusahaan baru di luar negeri. Di rumah ini hanya ada si mbok dan Kak Kazu. Sekarang mbok pasti sedang sibuk merawat Kak Kazu, jadi tidak sempat membersihkan rumah” Reisma seolah membaca pikiran Angel, dia menjawab pertanyaan dalam pikirannya dengan jelas sekali.
Sudah lama sekali dia tidak tahu-menahu tentang kehidupa Kazu. Ternyata ada banyak perubahan dan Reisma lebih tahu segalanya. Angel merasa dirinya bukan lagi siapa-siapa dan tidak lagi penting. Tiba-tiba rasa ragu merayapi hatinya. Untuk apa sebenarnya dia datang menemui Kazu?
Begitu masuk ke dalam rumah, Angel menyadari beberapa perabot telah berubah posisi. Dan dia tahu Reisma begitu luwes dengan rumah itu. Tidak ada rasa canggung. Sebenarnya seberapa sering Reisma kesini? Seberapa dekat hubungannya dengan Kazu? Lagi-lagi Angel merasa sesuatu mendesak hatinya. Kali ini, bahkan jantungnya terasa sakit.
Reisma berjalan di depan, memimpin jalan agar Angel dan Sinta mengikutinya menuju kamar Kazu. Begitu melewati sebuah pintu yang familiar, Angel tahu Kazu sudah tidak menempatinya. Kamarnya sudah pindah.
“Permisi, Kak Kazu?” Reisma langsung masuk dan berucap pelan. Ada si mbok yang duduk di sebelah ranjang.
“Non Angel!” mata si mbok berbinar menatap Angel yang tak bisa menahan senyumnya.
“Mbok!” Angel berjalan cepat dan memeluk pembantu rumah tangga yang sudah lama bekerja di rumah itu dengan erat. Mereka berpelukan seperti anak dan ibu yang sudah lama tidak bertemu.
Sinta dan Reisma terkesima melihat pemandangan itu. Mereka menyadari sesuatu, Angel sudah saling mambaur sejak lama.
“Mbok kangen sekali, Non” kata si mbok sambil mengusap rambut Angel. “Den Kazu juga sangat merindukan Non Angel”
Angel tersenyum dan mengangguk. Kemudian matanya beralih ke arah Kazu yang terbaring lemah. Wajahnya kuyu sekali. Tubuhnya terlihat lebih kurus. Nafasnya berat dan saat Angel meyentuh keningnya, panas sekali.
“Sudah berapa lama Kazu sakit Mbok?” tanya Angel yang sekarang duduk di sebelah ranjang tempat si mbok duduk tadi. Reisma dan Sinta duduk agak berjauhan.
“Sudah satu minggu lebih. Semakin hari semakin buruk. Diajak ke rumah sakit tidak mau, malah marah-marah sambil bilang aku mau malaikatku, aku mau Angel” kata mbok seperti anak kecil yang curhat pada ibunya. Angel tersenyum, sangat manis dan bahagia. Bahkan Sinta sudah lama tidak melihat senyum Angel yang seperti itu. Kekuatan cinta, apa ini yang mereka maksud dengan The Power Of Love.
“Angel…”
Serempak, semua kepala menoleh ke arah Kazu yang masih terpejam. Mengigau lagi.
“Aku di sini, Kazu, aku di dekatmu sekarang” Angel berkata lembut, air matanya hampir menyembul keluar.
“Angel… Dimana? Disini gelap, Angel. Mau kemana? Jangan pergi, aku gelap. Cahaya, cahayanya pergi. Angel, Angel kemari, kumohon…”
Hening. Hanya suara igauan Kazu yang sedih. Angel sudah tidak bisa menahan air matanya lagi. Dia menangis, menangisi Kazu. Kazu masih mencintainya, Kazu masih memikirkannya dan memintanya kembali.
“Kazu, aku datang. Sadarlah, bangun Kazu”
Angel merasakan tangan Kazu meremas tangannya. Kemudian, perlahan-lahan mata yang telah lama dirindukan itu terbuka. Mata coklat yang penuh cinta.
“Angel…” lirih Kazu.
Angel mengangguk pelan, kemudian dengan cepat memeluk Kazu yang juga memeluknya erat. Sudah lama, tidak seperti itu. Rindu sekali. Selama ini mereka justru saling menyakiti satu sama lain. Tanpa sadar mereka saling merindukan, tapi mereka bohongi diri mereka masing-masing. Namun tidak ada yang bisa menghalangi jika Tuhan sudah berkehendak. Dan mereka ditakdirkan oleh Tuhan untuk saling menjaga satu sama lain.
Selama 15 tahun hidupku ini, aku hanya pernah sekali jatuh cinta, sekali mencintai, sekali punya pacar, hanya satu kali, benar-benar hanya satu kali dan itu pun pada satu orang yang sama. Sedihnya, cinta pertamaku -cinta monyetku itu juga yang pertama kali menoreh luka di hatiku.
“Sudah dengar kabar tentang mantanmu?”
“Kabar apa?”
“Dia punya gebetan baru sekarang”
“Cepat sekali”
“Cowok memang seperti itu”
Angel hanya bisa tersenyum tipis. Ya, memang begitulah kenyataannya, semua lelaki itu sama saja. Mereka cepat sekali berpaling dengan hal-hal baru yang dirasa lebih indah. Berbeda dengan kebanyakan wanita. Ketika seorang wanita mencintai kekasihnya, dia akan benar-benar menjaga cinta itu dengan sepenuh hati.
“Kabar apa?”
“Dia punya gebetan baru sekarang”
“Cepat sekali”
“Cowok memang seperti itu”
Angel hanya bisa tersenyum tipis. Ya, memang begitulah kenyataannya, semua lelaki itu sama saja. Mereka cepat sekali berpaling dengan hal-hal baru yang dirasa lebih indah. Berbeda dengan kebanyakan wanita. Ketika seorang wanita mencintai kekasihnya, dia akan benar-benar menjaga cinta itu dengan sepenuh hati.
Sejujurnya, jauh di balik lubuk hatinya, Angel masih sangat mencintai Kazu yang sekarang jadi mantannya itu. Kazu sang cinta pertama, Kazu sang pacar pertama, Kazu yang teramat sangat berharga bagi Angel. Tapi sekarang semuanya kandas. Hilang seperti terseret tsunami. Hilang oleh mentari yang diamakan kegelapan.
“Sudahlah, jangan pikirkan dia lagi” tegur Sinta sahabatnya.
Angel terkesiap, ia baru sadar dirinya melamun beberapa lama. Segores senyum terpaksa Angel tampakkan, meski ia sama sekali tidak ingin tersenyum saat ini.
“Aku tidak memikirkannya” kata Angel bohong.
“Oh. Bagus kalau begitu. Dia terlalu buruk untuk kau pikirkan Angel” dengus Sinta.
“Mungkin kau benar, aku sudah melupakannya kok. Tenang saja” lagi-lagi Angel membohongi Sinta, juga membohongi perasaannya sendiri.
“Oke. Ayo ke kafe, aku ingin minum white coffee” tanpa permisi, Sinta sudah menarik tangan Angel berjalan bersamanya. Mereka bergandengan menuju kafe di depan kampus. Kafe yang biasanya ramai dengan mahasiswa itu, sedikit terlihat sepi.
Angel terkesiap, ia baru sadar dirinya melamun beberapa lama. Segores senyum terpaksa Angel tampakkan, meski ia sama sekali tidak ingin tersenyum saat ini.
“Aku tidak memikirkannya” kata Angel bohong.
“Oh. Bagus kalau begitu. Dia terlalu buruk untuk kau pikirkan Angel” dengus Sinta.
“Mungkin kau benar, aku sudah melupakannya kok. Tenang saja” lagi-lagi Angel membohongi Sinta, juga membohongi perasaannya sendiri.
“Oke. Ayo ke kafe, aku ingin minum white coffee” tanpa permisi, Sinta sudah menarik tangan Angel berjalan bersamanya. Mereka bergandengan menuju kafe di depan kampus. Kafe yang biasanya ramai dengan mahasiswa itu, sedikit terlihat sepi.
“White coffee satu” Sinta memesan minuman. “Kau minum apa Njel?”
“Sama denganmu saja”
“Kalau gitu White coffeenya dua”
“Sama denganmu saja”
“Kalau gitu White coffeenya dua”
Mereka berdua memilih tempat duduk di dekat jendela yang mengarah ke taman. Dari sana mereka akan melihat pemandangan indah yang disajikan oleh taman bunga tersebut. Kota Malang memang terkenal dengan cuaca yang dingin dan nyaman serta alamnya yang indah. Sinta bukan orang Malang, dia penduduk Jember yang kebetulan kuliah di kota apel dan berteman baik dengan Angel yang memang orang asli Malang. Jember, itu juga adalah kota kelahiran Kazu.
Beberapa saat kemudian pesanan mereka datang. Sinta tampak sangat menikmati kopinya, sementara Angel meminum tanpa gairah sama sekali. Belakangan ini pikirannya sering melayang ke masa lalu dan mengingatkannya kepada Kazu. Angel benar-benar tidak tahu bagaimana cara menghilangkan rasa cintanya itu. Padahal sudah jelas-jelas Kazu mengkhianatinya beberapa bulan lalu. Saat kabar tentang hubungan Kazu dengan teman sejurusannya sampai di telinga Angel, mereka berdua langsung saling diam dan berakhir pada keputusan Angel untuk menstop semua hubungan mereka. Perselingkuhan memang selalu berakhir tidak baik.
“Angel, ayo kita pergi dari sini” kata Sinta tiba-tiba. Ekspresinya agak aneh.
“Kenapa buru-buru?” Angel melirik gelas kopi Sinta. “Bahkan kopimu belum habis”
“Sudahlah. Ayo kita pergi, badanku tidak enak” Sinta menarik tangan Angel. Agak kasar. Angel sama sekali tidak mengerti apa yang di pikirkan sahabatnya itu. Tidak biasanya dia bersikap kasar seperti itu.
“Kenapa buru-buru?” Angel melirik gelas kopi Sinta. “Bahkan kopimu belum habis”
“Sudahlah. Ayo kita pergi, badanku tidak enak” Sinta menarik tangan Angel. Agak kasar. Angel sama sekali tidak mengerti apa yang di pikirkan sahabatnya itu. Tidak biasanya dia bersikap kasar seperti itu.
“Tunggu!” Angel menghentikan langkah dan menarik tangannya dari genggaman Sinta. Mereka baru keluar beberapa langkah dari pintu kafe.
“Ada apa?” tanya Sinta heran. Dahinya mengernyit tak sabar.
“Tasku tertinggal di dalam”
“Biar kuambilkan”
“Tidak usah!” Angel menghentikan Sinta yang sudah berbalik hendak menuju kafe. “Aku saja, kau sedang tidak enak badan, kan”
Tanpa pikir panjang, Angel melangkah cepat memasuki kafe. Dia sempat mendengar Sinta berteriak melarangnya dengan panik. Tapi Angel tidak perduli, dia jadi semakin penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya.
“Ada apa?” tanya Sinta heran. Dahinya mengernyit tak sabar.
“Tasku tertinggal di dalam”
“Biar kuambilkan”
“Tidak usah!” Angel menghentikan Sinta yang sudah berbalik hendak menuju kafe. “Aku saja, kau sedang tidak enak badan, kan”
Tanpa pikir panjang, Angel melangkah cepat memasuki kafe. Dia sempat mendengar Sinta berteriak melarangnya dengan panik. Tapi Angel tidak perduli, dia jadi semakin penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya.
Setelah mendapat kembali tasnya, Angel berjalan keluar. Tapi matanya tergelitik untuk melihat ke sekeliling area kafe itu. Di pojok ruangan, di meja nomor 7, Angel melihat seseorang yang begitu dikenalinya. Lelaki tampan berkulit coklat sawo dengan rambut cepak yang rapi, duduk bersama seorang wanita yang asing di mata Angel. Mereka tampak mesra sekali, mereka berbicara tentang sesuatu kemudian tertawa bersama.
“Kazu…” angel berseloroh pelan. Sangat pelan bahkan ia sendiri tak yakin telah menyebut nama itu.
Namun orang bernama Kazu itu menoleh, seolah ia mendengar namanya dipanggil. Mata mereka bertemu, beradu pandang. Angel tahu sudah tidak ada cinta dari tatapan itu. Angel benar-benar melihat Kazu yang lain, bukan Kazu yang mencintai dan dicintainya. Tatapan Kazu begitu dingin. Seperti melihat seorang penjahat. Tatapan itu menusuk hati Angel sangat dalam dan menyakitkan. Dan perempuan itu. Siapa dia? Apa dia yang membuat Kazu berpaling? Tentu saja dia, perempuan yang cantik.
“Kazu…” angel berseloroh pelan. Sangat pelan bahkan ia sendiri tak yakin telah menyebut nama itu.
Namun orang bernama Kazu itu menoleh, seolah ia mendengar namanya dipanggil. Mata mereka bertemu, beradu pandang. Angel tahu sudah tidak ada cinta dari tatapan itu. Angel benar-benar melihat Kazu yang lain, bukan Kazu yang mencintai dan dicintainya. Tatapan Kazu begitu dingin. Seperti melihat seorang penjahat. Tatapan itu menusuk hati Angel sangat dalam dan menyakitkan. Dan perempuan itu. Siapa dia? Apa dia yang membuat Kazu berpaling? Tentu saja dia, perempuan yang cantik.
“Sudah kubilang biar aku saja yang mengambilkan tasmu” Sinta tiba-tiba muncul.
Angel tidak menggubrisnya, matanya masih terpaku pada Kazu. Tapi Kazu, begitu melihat Sinta datang, dia langsung memalingkan muka dan kembali berbincang bersama perempuan itu. Kazu bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
“Ayo pergi” Sinta menggandeng Angel. Kali ini lebih lembut dan hati-hati. Angel menurut saja saat Sinta mengajaknya segera keluar dari kafe.
Angel tidak menggubrisnya, matanya masih terpaku pada Kazu. Tapi Kazu, begitu melihat Sinta datang, dia langsung memalingkan muka dan kembali berbincang bersama perempuan itu. Kazu bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
“Ayo pergi” Sinta menggandeng Angel. Kali ini lebih lembut dan hati-hati. Angel menurut saja saat Sinta mengajaknya segera keluar dari kafe.
Apa ini kenyataan yang harus terjadi. Harapan Angel tentang Kazu sirna sudah. Benar-benar hilang. Seharusnya ia tahu dari dulu bahwa Kazu sudah melupakannya. Tapi kenapa melupakan Kazu terasa begitu sulit? Sementara Kazu bahkan sudah mendapat pengganti yang mungkin lebih baik. Memalukan sekali. Angel merasa dirinya begitu lemah dan tak berdaya.
Beberapa hari setelah keajadian itu, Angel jatuh sakit. Hatinya yang begitu sakit menulari fisiknya. Sinta terus setia berada di dekat Angel, sebagai sahabat dan penyemangatnya.
Beberapa hari berselang. Tepat hari ketiga dari jatuh sakitnya Angel, dia kedatangan tamu yang sama sekali tidak terpikirkan. Gadis yang waktu itu berkencan dengan Kazu datang menjenguk. Awalnya Sinta tidak mengizinkannya bertemu Angel, tapi gadis itu bersikeras.
“Kak Angel, maafkan aku. Aku tidak tahu tentang hubungan kalian”
Angel hanya diam mematung, tidak tahu juga harus berkata apa.
“Cepat katakan apa maumu kemari” Sinta berkata ketus.
Gadis itu menelan ludahnya sendiri, kentara sekali dia gugup. “Namaku Reisma. Aku bukan pacarnya Kak Kazu. Kami memang dekat, tapi tidak ada hubungan apa-apa”
“Tapi kau menyukai Kazu kan?” tebak Sinta, masih dengan suara yang sangat ketus.
“Ya, Kak Kazu, dia baik dan tampan” jawab Reisma. Wajahnya tersipu.
Angel merasa lambungnya membesar hingga mendesak hatinya. Ada desiran panas mengaliri darah Angel. Perasaannya bertambah kacau.
“Jangan berbasa-basi” dengus Sinta yang segera menyadari perubahan ekspresi sahabatnya. “Cepat katakan saja intinya kenapa kau datang kemari”
Reisma menarik nafas panjang. Celana ketat dan blazer yang dipakainya terlihat sangat tidak pas dipakai pada suasana seperti ini.
“Sebenarnya Kak Kazu sakit, sehari setelah kami kencan di kafe dekat kampus”
Angel terbelalak. Kazu sakit? Dia sakit setelah hari itu. Kenapa? Kenapa harus sakit?
“Saat aku menjenguknya, dia sedang tertidur dan mengigau, menyebut nama Angel. Kalau kalian mendengar rintihan itu, Kak Kazu, dia seperti sangat tersiksa. Menyedihkan sekali” mata Reisma berkaca-kaca menceritakan keadaan Kazu. Bahkan sampai hari ini dia belum baikan dan masih sangat sering mengigau memanggil Angel.
“Aku harus menemuinya” kata Angel sembari berusaha bangun dari tempat tidur.
“Kau yakin?” Sinta membantu Angel merapkan diri. Meski Sinta sendiri tidak yakin dengan ini semua. Dia takut Reisma berbohong dan melukai Angel lebih dalam lagi.
“Ya” Angel mengangguk yakin.
Angel hanya diam mematung, tidak tahu juga harus berkata apa.
“Cepat katakan apa maumu kemari” Sinta berkata ketus.
Gadis itu menelan ludahnya sendiri, kentara sekali dia gugup. “Namaku Reisma. Aku bukan pacarnya Kak Kazu. Kami memang dekat, tapi tidak ada hubungan apa-apa”
“Tapi kau menyukai Kazu kan?” tebak Sinta, masih dengan suara yang sangat ketus.
“Ya, Kak Kazu, dia baik dan tampan” jawab Reisma. Wajahnya tersipu.
Angel merasa lambungnya membesar hingga mendesak hatinya. Ada desiran panas mengaliri darah Angel. Perasaannya bertambah kacau.
“Jangan berbasa-basi” dengus Sinta yang segera menyadari perubahan ekspresi sahabatnya. “Cepat katakan saja intinya kenapa kau datang kemari”
Reisma menarik nafas panjang. Celana ketat dan blazer yang dipakainya terlihat sangat tidak pas dipakai pada suasana seperti ini.
“Sebenarnya Kak Kazu sakit, sehari setelah kami kencan di kafe dekat kampus”
Angel terbelalak. Kazu sakit? Dia sakit setelah hari itu. Kenapa? Kenapa harus sakit?
“Saat aku menjenguknya, dia sedang tertidur dan mengigau, menyebut nama Angel. Kalau kalian mendengar rintihan itu, Kak Kazu, dia seperti sangat tersiksa. Menyedihkan sekali” mata Reisma berkaca-kaca menceritakan keadaan Kazu. Bahkan sampai hari ini dia belum baikan dan masih sangat sering mengigau memanggil Angel.
“Aku harus menemuinya” kata Angel sembari berusaha bangun dari tempat tidur.
“Kau yakin?” Sinta membantu Angel merapkan diri. Meski Sinta sendiri tidak yakin dengan ini semua. Dia takut Reisma berbohong dan melukai Angel lebih dalam lagi.
“Ya” Angel mengangguk yakin.
Mereka berangkat menuju rumah Kazu yang berjarak sekitar 3 km dengan mobil Reisma. Sepanjang jalan Angel lebih banyak diam dan melamun. Dia tidak punya banyak tenaga untuk bertanya macam-macam kepada Reisma. Padahal ada banyak sekali hal yang ingi Angel ketahui.
Sekitar pukul 4 sore, mereka sampai di rumah Kazu. Rumah itu terlihat sangat sepi. Agak kotor oleh daun-daun rambutan yang berguguran di halaman depan. Angel heran sekali, dia tahu orangtua Kazu sangat menjaga kebersihan. Tapi kenapa sekarang…
“Orangtua Kak Kazu pergi membuka perusahaan baru di luar negeri. Di rumah ini hanya ada si mbok dan Kak Kazu. Sekarang mbok pasti sedang sibuk merawat Kak Kazu, jadi tidak sempat membersihkan rumah” Reisma seolah membaca pikiran Angel, dia menjawab pertanyaan dalam pikirannya dengan jelas sekali.
“Orangtua Kak Kazu pergi membuka perusahaan baru di luar negeri. Di rumah ini hanya ada si mbok dan Kak Kazu. Sekarang mbok pasti sedang sibuk merawat Kak Kazu, jadi tidak sempat membersihkan rumah” Reisma seolah membaca pikiran Angel, dia menjawab pertanyaan dalam pikirannya dengan jelas sekali.
Sudah lama sekali dia tidak tahu-menahu tentang kehidupa Kazu. Ternyata ada banyak perubahan dan Reisma lebih tahu segalanya. Angel merasa dirinya bukan lagi siapa-siapa dan tidak lagi penting. Tiba-tiba rasa ragu merayapi hatinya. Untuk apa sebenarnya dia datang menemui Kazu?
Begitu masuk ke dalam rumah, Angel menyadari beberapa perabot telah berubah posisi. Dan dia tahu Reisma begitu luwes dengan rumah itu. Tidak ada rasa canggung. Sebenarnya seberapa sering Reisma kesini? Seberapa dekat hubungannya dengan Kazu? Lagi-lagi Angel merasa sesuatu mendesak hatinya. Kali ini, bahkan jantungnya terasa sakit.
Reisma berjalan di depan, memimpin jalan agar Angel dan Sinta mengikutinya menuju kamar Kazu. Begitu melewati sebuah pintu yang familiar, Angel tahu Kazu sudah tidak menempatinya. Kamarnya sudah pindah.
Reisma berjalan di depan, memimpin jalan agar Angel dan Sinta mengikutinya menuju kamar Kazu. Begitu melewati sebuah pintu yang familiar, Angel tahu Kazu sudah tidak menempatinya. Kamarnya sudah pindah.
“Permisi, Kak Kazu?” Reisma langsung masuk dan berucap pelan. Ada si mbok yang duduk di sebelah ranjang.
“Non Angel!” mata si mbok berbinar menatap Angel yang tak bisa menahan senyumnya.
“Mbok!” Angel berjalan cepat dan memeluk pembantu rumah tangga yang sudah lama bekerja di rumah itu dengan erat. Mereka berpelukan seperti anak dan ibu yang sudah lama tidak bertemu.
Sinta dan Reisma terkesima melihat pemandangan itu. Mereka menyadari sesuatu, Angel sudah saling mambaur sejak lama.
“Mbok kangen sekali, Non” kata si mbok sambil mengusap rambut Angel. “Den Kazu juga sangat merindukan Non Angel”
Angel tersenyum dan mengangguk. Kemudian matanya beralih ke arah Kazu yang terbaring lemah. Wajahnya kuyu sekali. Tubuhnya terlihat lebih kurus. Nafasnya berat dan saat Angel meyentuh keningnya, panas sekali.
“Sudah berapa lama Kazu sakit Mbok?” tanya Angel yang sekarang duduk di sebelah ranjang tempat si mbok duduk tadi. Reisma dan Sinta duduk agak berjauhan.
“Sudah satu minggu lebih. Semakin hari semakin buruk. Diajak ke rumah sakit tidak mau, malah marah-marah sambil bilang aku mau malaikatku, aku mau Angel” kata mbok seperti anak kecil yang curhat pada ibunya. Angel tersenyum, sangat manis dan bahagia. Bahkan Sinta sudah lama tidak melihat senyum Angel yang seperti itu. Kekuatan cinta, apa ini yang mereka maksud dengan The Power Of Love.
“Angel…”
Serempak, semua kepala menoleh ke arah Kazu yang masih terpejam. Mengigau lagi.
“Aku di sini, Kazu, aku di dekatmu sekarang” Angel berkata lembut, air matanya hampir menyembul keluar.
“Angel… Dimana? Disini gelap, Angel. Mau kemana? Jangan pergi, aku gelap. Cahaya, cahayanya pergi. Angel, Angel kemari, kumohon…”
Hening. Hanya suara igauan Kazu yang sedih. Angel sudah tidak bisa menahan air matanya lagi. Dia menangis, menangisi Kazu. Kazu masih mencintainya, Kazu masih memikirkannya dan memintanya kembali.
“Kazu, aku datang. Sadarlah, bangun Kazu”
Angel merasakan tangan Kazu meremas tangannya. Kemudian, perlahan-lahan mata yang telah lama dirindukan itu terbuka. Mata coklat yang penuh cinta.
“Angel…” lirih Kazu.
Angel mengangguk pelan, kemudian dengan cepat memeluk Kazu yang juga memeluknya erat. Sudah lama, tidak seperti itu. Rindu sekali. Selama ini mereka justru saling menyakiti satu sama lain. Tanpa sadar mereka saling merindukan, tapi mereka bohongi diri mereka masing-masing. Namun tidak ada yang bisa menghalangi jika Tuhan sudah berkehendak. Dan mereka ditakdirkan oleh Tuhan untuk saling menjaga satu sama lain.
“Non Angel!” mata si mbok berbinar menatap Angel yang tak bisa menahan senyumnya.
“Mbok!” Angel berjalan cepat dan memeluk pembantu rumah tangga yang sudah lama bekerja di rumah itu dengan erat. Mereka berpelukan seperti anak dan ibu yang sudah lama tidak bertemu.
Sinta dan Reisma terkesima melihat pemandangan itu. Mereka menyadari sesuatu, Angel sudah saling mambaur sejak lama.
“Mbok kangen sekali, Non” kata si mbok sambil mengusap rambut Angel. “Den Kazu juga sangat merindukan Non Angel”
Angel tersenyum dan mengangguk. Kemudian matanya beralih ke arah Kazu yang terbaring lemah. Wajahnya kuyu sekali. Tubuhnya terlihat lebih kurus. Nafasnya berat dan saat Angel meyentuh keningnya, panas sekali.
“Sudah berapa lama Kazu sakit Mbok?” tanya Angel yang sekarang duduk di sebelah ranjang tempat si mbok duduk tadi. Reisma dan Sinta duduk agak berjauhan.
“Sudah satu minggu lebih. Semakin hari semakin buruk. Diajak ke rumah sakit tidak mau, malah marah-marah sambil bilang aku mau malaikatku, aku mau Angel” kata mbok seperti anak kecil yang curhat pada ibunya. Angel tersenyum, sangat manis dan bahagia. Bahkan Sinta sudah lama tidak melihat senyum Angel yang seperti itu. Kekuatan cinta, apa ini yang mereka maksud dengan The Power Of Love.
“Angel…”
Serempak, semua kepala menoleh ke arah Kazu yang masih terpejam. Mengigau lagi.
“Aku di sini, Kazu, aku di dekatmu sekarang” Angel berkata lembut, air matanya hampir menyembul keluar.
“Angel… Dimana? Disini gelap, Angel. Mau kemana? Jangan pergi, aku gelap. Cahaya, cahayanya pergi. Angel, Angel kemari, kumohon…”
Hening. Hanya suara igauan Kazu yang sedih. Angel sudah tidak bisa menahan air matanya lagi. Dia menangis, menangisi Kazu. Kazu masih mencintainya, Kazu masih memikirkannya dan memintanya kembali.
“Kazu, aku datang. Sadarlah, bangun Kazu”
Angel merasakan tangan Kazu meremas tangannya. Kemudian, perlahan-lahan mata yang telah lama dirindukan itu terbuka. Mata coklat yang penuh cinta.
“Angel…” lirih Kazu.
Angel mengangguk pelan, kemudian dengan cepat memeluk Kazu yang juga memeluknya erat. Sudah lama, tidak seperti itu. Rindu sekali. Selama ini mereka justru saling menyakiti satu sama lain. Tanpa sadar mereka saling merindukan, tapi mereka bohongi diri mereka masing-masing. Namun tidak ada yang bisa menghalangi jika Tuhan sudah berkehendak. Dan mereka ditakdirkan oleh Tuhan untuk saling menjaga satu sama lain.
No comments:
Post a Comment